Monday, June 27, 2016

Percakapan dengan Yesus mengenai LGBT

Bersepeda tembus waktu untuk jumpa Yesus....

Di hadapan saya dengan tatap muka, Yesus yang saya cintai bersabda,

Wahai kalian LGBT ular beludak, kalian sesungguhnya pantas ditenggelamkan ke dalam laut dengan sebuah batu kilangan terikat di leher kalian. Enyahlah kalian LGBT pendosa dari hadapanku! Kalian pembuat kejahatan, perusak masyarakat!

Apa reaksi saya saat itu kepada Yesus?

Begini jawab saya kepada Yesus:

Aaah Yesus. Jangan gitu dong. Bukankah engkau juga memerintahkan murid-muridmu untuk menyayangi sesama manusia. LGBT itu tentu sesama manusia, walaupun mereka bukan orang Yahudi, bukan murid Yesus, dan bukan warga gereja!

Lalu saya melanjutkan,

Yesus, bukankah Allah yang engkau sembah dan panggil Bapa mengasihi semua orang tanpa pandang bulu? Bukankah Allah menerbitkan Matahari untuk memberi cahaya kepada semua orang, kepada orang baik dan kepada orang jahat, kepada orang hetero dan juga kepada LGBT, kepada orang kulit berwarna dan juga kepada orang kulit putih, kepada orang yang tak pernah sekolah dan juga kepada para mahaguru?

Yesus menjawab,

Ooh betul juga. Itu sudah saya pernah perintahkan dan ajarkan kepada murid-muridku! Ok deh, kamu betul!

Kata saya lagi,

Yesus, sekarang saya hidup di zaman modern yang berbeda sangat jauh dari zaman kehidupanmu. Kini sains modern yang dibantu tekonologi modern telah berhasil menunjukkan bahwa LGBT bukan kelainan jiwa, bukan penyakit mental, bukan penyakit menular, juga bukan kutukan Tuhan, bukan kebobrokan moral. Tapi nyaris sepenuhnya LGBT adalah sesuatu yang biologis, sesuatu yang genetis. Jadi, Yesus, maaf, saya tidak bisa menyetujui ucapanmu yang keras terhadap kalangan LGBT itu! Sekali lagi, maaf ya Yesus, dalam hal LGBT saya bersikap berbeda darimu. Soalnya saya berpijak pada ilmu pengetahuan sebagai pembimbing manusia menuju kebenaran, dan juga pada kasih Allah sang Bapa!

Yesus menjawab,

Ooh kalau menyangkut temuan-temuan sains modern tentang LGBT, saya sama sekali tidak bisa ikut campur, sebab zaman saya di abad pertama belum nyampe ke situ. Ilmu saya ya ilmu abad pertama. Sudah kuno. Kalianlah yang hidup di zaman modern yang harus mengambil sikap dan pendirian yang tepat terkait LGBT dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan kalian.

Lalu Yesus berdiam diri dalam kesunyian. Ditariknya nafas dalam-dalam. Matanya yang coklat hitam menatap jauh ke langit di angkasa dari sebuah lubang jendela rumahnya. Mungkin dia sedang menunggu langit terbuka.

Lalu Yesus melanjutkan,

Seperti sudah kamu ingatkan saya tadi, ya saya mendorong kalian untuk menyayangi sesama manusia, termasuk mengasihi juga LGBT seperti kamu mengasihi dirimu sendiri. Begitu saja ya. Saya sekarang harus pergi ke Bukit Zaitun untuk berdoa. Kamu pergilah ke universitas dan laboratorium untuk mengembangkan ilmu pengetahuanmu! Tugas kita beda!

Segelas jus segar buah Naga untuk Sekum PGI! 

Lalu saya kecup pipi kanan dan pipi kiri Yesus dengan hangat. Setelah itu saya goes sepeda ontel saya yang tadi saya parkir di halaman samping rumah Yesus di Kapernaum. Saya menyetelnya menjadi sebuah mesin waktu.

Lalu....nnguuuuuiiing wwwuuuuuussss.... lewat sebuah worm hole, saya dalam hitungan nanodetik sudah kembali di Jakarta, mendarat persis di halaman gedung PGI Jl. Salemba, Jakarta Pusat, untuk bertemu sang Sekum PGI yang mungkin sedang kelelahan. Di tangan saya tergenggam segelas jus dingin buah naga buatan Kapernaum untuknya, pemberian Yesus tadi.

Jakarta, 26 Juni 2016
Sang Sunyi


N.B. Silakan share tanpa perlu minta izin lebih dulu. Thank you.